Hidup
berawal dari mimpi, lalu kemudian dihias dengan harapan dan dibingkai dengan
doa. Hidupmu, hidupku, berawal dari mimpi. Mimpi yang mana? Kapan mimpinya?
Tidurnya kapan, kok mimpi? Kenapa berawal dari mimpi? Jelas, hidup kita berawal
dari mimpi. Mimpi kedua orang tua mempunyai seorang anak yang shalih dan
shalihah. Mimpi itu dihias dengan harapan dan dibingkai dengan doa. Benar-benar
cantik.
Dari mimpi
itulah hidupku dimulai. Dilahirkan 19 maret, 1996 dengan membawa mimpi, harapan
serta doa ibu dan bapak. Walaupun tahun 1997-nya krisis moneter (kasihan yang
lahir ditahun ini) kebutuhan nutrisiku terjamin, alhamdulillah, sehingga aku
tumbuh jadi anak yang sehat. Masa kecil ku habiskan dengan bermain, mengaji,
belajar, dan segala macam aktivitas yang umum dilakukan anak-anak seusiaku. Special?
No! Biasa-biasa saja? Yes!
Di lingkungan
tempat tinggalku, aku bisa dibilang anak perempuan satu-satunya dalam radius 1
km dari rumah tempat tinggalku. Sejauh mata memandang, sejauh kaki melangkah,
teman-teman yang bisa ku temukan yaa.. anak laki-laki. Bisa dibayangkan
bagaimana rasanya berteman yang keseluruhan temanmu adalah laki-laki? Sebelum
kamu bayangkan, aku tahu lebih dulu bagaimana rasanya. Gimana rasanya? Nanonano
banget! Tapi agak kurang nyaman karena aku selalu jadi anak
bawang kalau mereka ingat aku anak perempuan -_-. Ini sungguh menyakiti
hatiku.... T.T
Seiring
berjalannya waktu, kata ibuku, aku berubah. Aku bertransformasi jadi jelmaan
anak perempuan yang sifatnya anak laki-laki banget (kalimat yang ini, akibat kebanyakan nonton film
misteri illahi -_-). Kembali ke masalah tomboy, awalnya ibuku woles-woles saja dengan itu. Tapi lama kelamaan, masa-masa aku masuk SMP,
ibu mulai frustasi, mulai cari cara supaya ‘anak laki-laki banget’ yang ada di
aku hilang, sirna, musnah, tertelan bumi. Segala macam jurus mulai dari aku
wajib ikut les privat, les masak dkk, sudah dilakukan ibuku. Tapi hasilnya?
Sampai saat ini masak pun sering keasinan gitu. Capeeedeeh..
Sampai
akhirnya aku memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, SMA. Masa SMA bisa
dibilang masa unjuk kenakalan. Mulai dari malas belajar, keseringan main keluar
sampai sore, mulai lalai menjalankan ibadah shalat lima waktu, sampai
ujung-ujungnya nilai turun drastis. Di level ini, Ibu dan Bapak bungkam seribu
bahasa. Tidak pernah ngomel-ngomel tentang
sekolahku, paling cuma mengingatkan shalat. Mau tidak mau aku berpikir, apa ya
yang salah?? Ternyata begini ya, di cuekin orang tua? LEBIH SAKIT dari pada
dicuekin pacar! Dan lama-kelamaan aku pun mulai................................... galau.
Alhamdulillah,
di tahun kedua masa kelabu SMA-ku, aku dipertemukan dengan teman yang mampu memberi pencerahan. Teman
yang tidak bosan mengingatkanku bahwa bukan ini mimpi dan harapan orang tuaku.
Saat inilah yang menjadi titik balik kehidupanku. Sadarlah aku, bahwa aku
terlahir bersama mimpi, harapan dan doa kedua orang tuaku. Mimpi, harapan dan
doa orang tuaku inilah yang kujadikan cambuk untukku terus berlari mengejar
mimpiku sendiri. Aku menganggap tahun keduaku di SMA sampai saat ini adalah
masa kini.
Tidak bisa
dibilang mudah memang yang kulakukan kemarin sampai saat ini, sampai saat aku
menulis ini, menulis sebuah essay bertema “hidupmu dulu, kini, dan nanti” dimana
aku harus memilah cerita hidupku yang sebagian besar adalah aib (menurutku), sebagai tugas
mahasiswa baru Universitas Jenderal Soedirman (ciyee... anak “Jenderal” ciyee).
Orang gila yang bilang ini mudah. Aku harus pulang-pergi, Kudus-Purwokerto, dan
ini dilakukan berulang kali dalam seminggu. Benar-benar orang gila yang bilang
ini mudah. Kalau saja dihitung, ditotal jarak yang kutempuh, jarak bolak-balik yang ku lakukan, maka
jaraknya sama dengan jarak Indonesia-Israel dikalikan dua (lebay mode on). Tapi
semua memang butuh perjuangan kawan!! Dan ini memang pantas diperjuangkan.
Merdekaaa!!!! (efek 17-an)
Cita-cita
dan harapan masa depan. Aku lebih suka menggabungkan kedua tajuk ini menjadi
satu. Yuk kita sebut saja dengan istilah KEINGINAN MASA DEPAN. Apa keinginan
masa depanku? Banyak sekali keinginanku dimasa depan yang berlabel “harus
dicapai”. Salah satunya menjadi kebanggaan orang tua. Menjadi apa yang mereka
inginkan dengan caraku sendiri, melalui mimpiku sendiri. Inilah yang paling penting.
Ini
ceritaku.... apa ceritamu??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar