Rabu, 20 Agustus 2014

Ini Ceritaku... Apa Ceritamu??




Hidup berawal dari mimpi, lalu kemudian dihias dengan harapan dan dibingkai dengan doa. Hidupmu, hidupku, berawal dari mimpi. Mimpi yang mana? Kapan mimpinya? Tidurnya kapan, kok mimpi? Kenapa berawal dari mimpi? Jelas, hidup kita berawal dari mimpi. Mimpi kedua orang tua mempunyai seorang anak yang shalih dan shalihah. Mimpi itu dihias dengan harapan dan dibingkai dengan doa. Benar-benar cantik.

Dari mimpi itulah hidupku dimulai. Dilahirkan 19 maret, 1996 dengan membawa mimpi, harapan serta doa ibu dan bapak. Walaupun tahun 1997-nya krisis moneter (kasihan yang lahir ditahun ini) kebutuhan nutrisiku terjamin, alhamdulillah, sehingga aku tumbuh jadi anak yang sehat. Masa kecil ku habiskan dengan bermain, mengaji, belajar, dan segala macam aktivitas yang umum dilakukan anak-anak seusiaku. Special? No! Biasa-biasa saja? Yes!

Di lingkungan tempat tinggalku, aku bisa dibilang anak perempuan satu-satunya dalam radius 1 km dari rumah tempat tinggalku. Sejauh mata memandang, sejauh kaki melangkah, teman-teman yang bisa ku temukan yaa.. anak laki-laki. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya berteman yang keseluruhan temanmu adalah laki-laki? Sebelum kamu bayangkan, aku tahu lebih dulu bagaimana rasanya. Gimana rasanya? Nanonano banget! Tapi agak kurang nyaman karena aku selalu jadi anak bawang kalau mereka ingat aku anak perempuan -_-. Ini sungguh menyakiti hatiku.... T.T

Seiring berjalannya waktu, kata ibuku, aku berubah. Aku bertransformasi jadi jelmaan anak perempuan yang sifatnya anak laki-laki banget  (kalimat yang ini, akibat kebanyakan nonton film misteri illahi -_-). Kembali ke masalah tomboy, awalnya ibuku woles-woles saja dengan itu. Tapi lama kelamaan, masa-masa aku masuk SMP, ibu mulai frustasi, mulai cari cara supaya ‘anak laki-laki banget’ yang ada di aku hilang, sirna, musnah, tertelan bumi. Segala macam jurus mulai dari aku wajib ikut les privat, les masak dkk, sudah dilakukan ibuku. Tapi hasilnya? Sampai saat ini masak pun sering keasinan gitu. Capeeedeeh..

Sampai akhirnya aku memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, SMA. Masa SMA bisa dibilang masa unjuk kenakalan. Mulai dari malas belajar, keseringan main keluar sampai sore, mulai lalai menjalankan ibadah shalat lima waktu, sampai ujung-ujungnya nilai turun drastis. Di level ini, Ibu dan Bapak bungkam seribu bahasa. Tidak pernah ngomel-ngomel tentang sekolahku, paling cuma mengingatkan shalat. Mau tidak mau aku berpikir, apa ya yang salah?? Ternyata begini ya, di cuekin orang tua? LEBIH SAKIT dari pada dicuekin pacar! Dan lama-kelamaan aku pun mulai................................... galau.

Alhamdulillah, di tahun kedua masa kelabu SMA-ku, aku dipertemukan dengan  teman yang mampu memberi pencerahan. Teman yang tidak bosan mengingatkanku bahwa bukan ini mimpi dan harapan orang tuaku. Saat inilah yang menjadi titik balik kehidupanku. Sadarlah aku, bahwa aku terlahir bersama mimpi, harapan dan doa kedua orang tuaku. Mimpi, harapan dan doa orang tuaku inilah yang kujadikan cambuk untukku terus berlari mengejar mimpiku sendiri. Aku menganggap tahun keduaku di SMA sampai saat ini adalah masa kini. 

Tidak bisa dibilang mudah memang yang kulakukan kemarin sampai saat ini, sampai saat aku menulis ini, menulis sebuah essay bertema “hidupmu dulu, kini, dan nanti” dimana aku harus memilah cerita hidupku yang sebagian besar adalah aib (menurutku), sebagai tugas mahasiswa baru Universitas Jenderal Soedirman (ciyee... anak “Jenderal” ciyee). Orang gila yang bilang ini mudah. Aku harus pulang-pergi, Kudus-Purwokerto, dan ini dilakukan berulang kali dalam seminggu. Benar-benar orang gila yang bilang ini mudah. Kalau saja dihitung, ditotal jarak yang kutempuh,  jarak bolak-balik yang ku lakukan, maka jaraknya sama dengan jarak Indonesia-Israel dikalikan dua (lebay mode on). Tapi semua memang butuh perjuangan kawan!! Dan ini memang pantas diperjuangkan. Merdekaaa!!!! (efek 17-an)

Cita-cita dan harapan masa depan. Aku lebih suka menggabungkan kedua tajuk ini menjadi satu. Yuk kita sebut saja dengan istilah KEINGINAN MASA DEPAN. Apa keinginan masa depanku? Banyak sekali keinginanku dimasa depan yang berlabel “harus dicapai”. Salah satunya menjadi kebanggaan orang tua. Menjadi apa yang mereka inginkan dengan caraku sendiri, melalui mimpiku sendiri. Inilah yang paling penting.

Ini ceritaku.... apa ceritamu??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar